Tugas Kepala Sekolah
1. Pengertian
Sekolah merupakan wadah atau tempat berlangsungnya secara sadar dan terencana proses pendidikan peserta didik. Keberhasilan proses pendidikan khususnya di Sekolah merupakan suatu sistem pendidikan sebagai bagian dari sistem penddikan nasional akan ditentukan oleh proses pengelolaan pendidikan di Sekolah. Upaya-upaya pengelolaan sekolah meliputi berbagai komponen Sekolah, antara lain :
1. Pelaksanaan Kurikulum.
2. Peningkatan jumlah, jenis dan kualitas guru dalam rangka usaha peningkatan dan pemerataan pelayanan pendidikan.
3. Peningkatan jumlah, jenis dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka usaha pelayanan yang lebih merata.
4. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang meliputi kegiatan kulikuler maupun ekstrakulikuler.
5. Pemeliharaan dan pemantapan hubungan Sekolah dengan Masyarakat.
2. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Administrasi
a) Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok. Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan ini antara lain:
1. pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar program pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas,
2. menyusun program sekolah untuk satu tahun,
3. menyusun jadwal pelajaran,
4. mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran,
5. mengatur kegiatan penilaian,
6. melaksanakan norma-norma kenaikan kelas,
7. mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid,
8. mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah,
9. mengkoordinir program non kurikuler,
10. merencanakan pengadaan,
11. memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-alat pelajaran.
b) Pengelolaan Kepegawaian
Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan dan ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah penerapan kode etik jabatan.
c) Pengelolaan Kesiswaan
Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan penyelenggaran siswa baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar masuknya siswa (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus (special services) bagi siswa, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran, penyelenggaran tes dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan laporan tentang kemajuan masalah disiplin murid, pengaturan organisasi siswa, masalah absensi, dan sebagainya.
d) Pengelolaan Gedung dan Halaman
Pengelolaan ini menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan, inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan dan alat-alat material sekolah, keindahan serta kebersihan umum, usaha melengkapi yang berupa antara lain gedung (ruangan sekolah), lapangan tempat bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat pelajaran klasikal dan alat peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi, fasilitas pemeliharaan sekolah, perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi sekolah, dan alat-alat komunikasi.
e) Pengelolaan Keuangan
Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru dan staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian.
f) Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk orang tua murid-murid, dan untuk dapat menciptakan kerjasama antara sekolah-rumah- dan lembaga-lembaga sosial.
3. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi
Kepala Sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar. Tugas ini antara lain :
a) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan.
b) Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan murid.
c) Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap guru sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan selanjutnya mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya.
d) Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan standar-standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai.
4. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi personalia staf, hubungan masyarakat, administrasi school plant, dan perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama
2. Sebagai perencana (planner)
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan, sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara sembarangan saja, tatapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan.
3. Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.
4. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal relationship)
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha mambangun hubungan yang harmonis.
5. Mewakili kelompok (group representative)
Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya di luar kelompoknya mencerminkan baik buruk kelompok yang dipimpinnya.
6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran / pujian dan hukuman.
Ia harus membesarkan hati anggota-anggota yang bekerja dan banyak sumbangan terhadap kelompoknya.
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-anggotanya ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu anggotanya.
8. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
Ia haruslah bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompoknya.
9. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kosepsi yang baik dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju kearah yang dicita-citakan.
10. Bertindak sebagai ayah (father figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak buahnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pembelajaran fisika selama ini, masih dilaksanakan dengan metode klasikal. Dalam metode ini guru menjelaskan konsep-konsep fisika secara teoritis, kemudian memberikan catatan kepada para siswa dan tugas-tugas dalam bentuk latihan mengerjakan soal, maupun pekerjaan rumah. Proses pembelajaran tersebut terbukti hanya mampu mengantar siswa pada taraf penguasaan secara kognitif mengenai rumus-rumus fisika. Dalam kondisi ini siswa “dipaksa” untuk menghafal rumus-rumus dan cara menggunakannya, tanpa ada pemahaman secara filosofis makna rumus-rumus dari konsep fisika yang sedang dipelajari, akibatnya akan segera lupa rumus yang dipelajari.
Apabila digunakan dasar klasifikasi pencapaian pendidikan menurut aspirasi Bloom, seperti yang dikutip Djohar (2000: 118), bahwa pusat perhatian hasil pendidikan diarahkan kepada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara itu menurut Kartono dalam Shindunata (2000: 191), sebuah penilaian dalam konteks pendidikan baru bersifat menyeluruh jika mencakup aspek proses dan hasil belajar, yang secara bertahap menggambarkan perubahan perilaku. Perilaku dalam hal ini menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ukuran hasil pendidikan yang bermakna adalah pengamatan yang terus menerus terhadap perubahan perilaku siswa.
Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin hasil belajar fisika akan terus berada pada arah yang rendah. Para siswa akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran, memilih rumus yang tepat, menyusun struktur pembelajaran yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menerapkan konsep fisika dalam kehidupan nyata, khususnya pada materi pokok keseimbangan benda tegar.
Guru harus membimbing siswa belajar, dengan menyediakan situasi kondisi yang tepat, agar potensi siswa dapat berkembang semaksimal mungkin. Hasil dari pengajaran bukan merupakan hasil mengajar, artinya bukan untuk kepentingan guru, tetapi untuk kepentingan siswa yang belajar atau hasil belajar. Pengukuran pengajaran ialah dari keberhasilan siswa.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh, diawali dari persiapan, proses, dan penilaian. Sedangkan evaluasi pendidikan harus melihat tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan juga harus diawali dari caranya memperoleh pengalaman, karena dari pengalaman itu siswa dilatih untuk memiliki potensi dalam mengembangkan kreativitas.
Banyak faktor yang berperan dalam kualitas penguasaan suatu materi pokok pelajaran oleh siswa. Faktor-faktor tersebut bukan hanya faktor yang ada dalam setiap pribadi siswa, tetapi juga metode, strategi dan kreativitas seorang guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran. Selama ini kesan yang timbul di dalam diri siswa adalah bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga tidak disukai.
Dalam kondisi demikian, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga proses pembelajaran fisika bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional saja, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi pemahaman yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Berdasarkan fakta tentang kesulitan belajar fisika, maka perlu dicari metode pembelajaran yang aplikatif, menarik dan tidak membosankan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode team games tournament (TGT). Metode pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Penelitian ini berawal dari adanya ketimpangan nilai rata-rata untuk materi pokok fluida dan materi pokok yang lain di kelas XI IPA SMA Negeri 85 Jakarta. Berdasarkan data pada waktu penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010, untuk mata pelajaran IPA nilai rata-ratanya adalah 7.28 (tujuh koma dua delapan) dan 7.81 (tujuh koma delapan satu).
2 komentar:
ijin menerapkan TGT u fluida dan copy PTK Bpk. tks
Silahkan Pak, selama itu bermanfaat untuk dunia pendidikan kita.
Posting Komentar