ANALISIS PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT
ABSTRAK
Sunaryo. 2010.
Analisis Pengaruh Iklim Organisasi Dan
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri Di Wilayah Kota Jakarta Barat.
Tesis. Magister Manajemen, Universitas Mercu Buana.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan dan menganalisis
pengaruh kekuatan iklim organisasi dan kepemimpinan secara bersama terhadap
kinerja guru; serta untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat
mempengaruhi kinerja guru. Populasi
penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri di Wilayah Kota Jakarta
Barat, sebanyak 920 orang dan sampel 279 orang, ukuran sampel
ditentukan dengan rumus Slovin.
Sampel diambil dengan teknik Propotional
Cluster-Random Sampling. Teknik pengumpulan
data menggunakan instrumen kuesioner. Validitas
butir item diuji dengan korelasi product
moment person, sedangkan koefisien reliabilitas diuji dengan rumus Alpha
Cronbach.
Pada uji normalitas, nilai signifikansi ketiga variabel,
yaitu iklim organisasi, kepemimpinan dan kinerja guru berdistribusi normal. Dari
uji hipotesis dihasilkan variabel kepemimpinan lebih berpengaruh terhadap
kinerja dibanding iklim organisasi. Begitupun pada
uji keberartian persamaan regresi, didapat nilai beta kepemimpinan lebih besar
dari beta iklim organisasi, berarti kepemimpinan berpengaruh lebih besar terhadap kinerja
guru. Hubungan yang kuat terjadi antara
iklim organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja guru. 71.1 %
kinerja guru dipengaruhi oleh iklim organisasi
dan kepemimpinan. Sisanya sebesar 28.9 % dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukan ke dalam penelitian ini. Secara teoritis dapat diinterpretasikan bahwa hubungan sangat kuat
terjadi antara kinerja guru dengan kepemimpinan.
Selanjutnya dari uji signifikansi parsial didapat nilai t hitung hipótesis keduanya menolak H0
dan menerima H1, artinya secara parsial terdapat pengaruh positif
signifikan iklim organisasi terhadap kinerja guru dan secara parsial terdapat
pengaruh positif signifikan kepemimpinan terhadap kinerja guru. Pada uji signifikansi simultan dihasilkan nilai F hitung lebih besar
dari nilai F tabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima, artinya secara simultan terdapat pengaruh
bersama positif signifikan antara iklim organisasi dan kepemimpinan terhadap
kinerja guru.
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara
sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Sebagai
lembaga pendidikan, sekolah harus mengembangkan strategi utamanya berkaitan
dengan kegiatan akademik dalam upaya untuk menghasilkan lulusan sebagaimana
yang dicitakannya. Menurut Wibowo (2009: 180) dalam menghasilkan lulusan
tersebut sekolah harus memperhatikan dua hal terpenting yang bekaitan dengan:
(1) Kebutuhan dan harapan stakeholder, (2) Regulasi yang berlaku. Kebutuhan dan
harapan stakeholder diketahui dari berbagai proses pengukuran. Sedangkan
berkaitan dengan regulasi, strategi yang dikembangkan sekolah harus berpijak
pada berbagai regulasi yang ada.
Regulasi
utama dalam penyelenggaraan sekolah adalah Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP No. 19 tahun 2005 tersebut
terlihat bahwa penyelenggaraan sekolah sekurang-kurangnya harus meliputi 8
standar yang ditetapkan, yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3)
standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan
(8) standar penilaian pendidikan. Berdasarkan 8 standar tersebut, maka proses
penentuan strategi utama sekolah dan penyusunan program kegiatan dalam mencapai
visi yang direncanakan harus dikembangkan dalam lingkup 8 standar tersebut.
Perubahan sistem pendidikan terjadi dalam proses
yang relatif cepat sehingga membuat banyak guru perlu beradaptasi
diri terutama pada iklim organisasi
sekolah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Peningkatan
produktivitas sekolah harus mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan cara
mengelola komponen-komponen, baik yang berada di dalam maupun
di luar lingkungan pendidikan.
Perubahan sistem pendidikan pada tahun 2010 sampai
dengan 2012 yang harus segera diantisipasi adalah diterapkannya pengkategorian
sekolah menengah atas (SMA) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, dengan
tingkatan sebagai berikut: (1) Kategori sekolah standar, (2) Rintisan sekolah
kategori mandiri (RSKM), (3) Sekolah kategori mandiri (SKM), (4) Rintisan
sekolah bertaraf internasional (RSBI), dan (5) Sekolah bertaraf internasional
(SBI).
Pada tahun 2012 seluruh sekolah di Kota Administrasi
Jakarta Barat, khususnya 17 SMA Negeri sudah mencapai kategori sekolah model
SKM. Sekolah Kategori Mandiri adalah sekolah yang
telah memenuhi atau hampir memenuhi 8 standar nasional pendidikan (SKM) yaitu
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan.
Peningkatan
mutu guru di dalam sekolah kategori mandiri (SKM) termasuk dalam standar
pendidik dan tenaga kependidikan, persyaratannya adalah sebagai berikut: 75%
guru berkualifikasi akademik S1, berlatar belakang pendidikan tinggi sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, serta bersertifikat profesi guru.
Dalam iklim
yang kompetitif sekarang ini, sulit bagi organisasi untuk dapat hidup dengan
baik jika tidak memiliki kemampuan untuk mengubah diri dengan cepat dan mampu
berkembang seiring dengan berbagai tantangan dan tuntutan stakeholder. Kondisi
ini berlaku hampir pada keseluruhan organisasi baik yang bersifat profit maupun
organisasi yang bersifat nonprofit. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
termasuk lembaga nonprofit juga tidak lepas dari fenomena ini.
Hingga saat
ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai tantangan yang berat di bidang
pendidikan, seperti: (1) globalisasi di bidang budaya, etika dan moral, (2)
krisis multidimensional baik di bidang ekonomi, politik, moral, dan budaya, (3)
mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, (4) angka pengangguran lulusan
sekolah/perguruan tinggi semakin meningkat, dan (5) disparitas kualitas
pendidikan antar daerah masih tinggi (Wibowo, 2009: 207). Berbagai tantangan
tersebut telah menjadi sebuah realitas yang harus dihadapi baik pada tingkat
wacana maupun kebijakan aksi.
Tantangan
yang dihadapi oleh sekolah baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dari
segi internal tantangan yang dihadapi adalah: (1) Mutu lulusan kurang
berkualitas, (2) Pendidik dan tenaga kependidikan kurang kompeten dan
professional, (3) Kurikulum belum dapat mengimplementasikan standar isi dan
belum mencapai standar nasional, (4) Penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah
belum dikelola dengan manajemen yang professional, dan (5) Belum memadainya
sarana dan prasarana apada sebagian besar sekolah. Secara eksternal, tantangan
yang dihadapi sekolah secara khusus adalah menyangkut tuntutan dan persepsi
masyarakat terhadap sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan yang cenderung
tinggi, tetapi dukungan terhadap sarana dan anggaran pendidikan cenderung
rendah.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah
satu faktor yang berperan untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu
organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai kompetensi tinggi, karena keahlian atau kompetensi akan dapat
mendukung peningkatan prestasi kinerja pegawai. Selama ini banyak instansi
pemerintahan yang belum mempunyai pegawai dengan kompetensi yang memadai, ini
dibuktikan dengan rendahnya produktivitas pegawai dan sulitnya mengukur kinerja
pegawai di lingkup instansi pemerintahan.
Rendahnya kualitas sumber daya
manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat perkembangan sistem
pendidikan nasional, penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara
bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik
pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Keadaan ini menjadikan sumber daya
manusia dalam hal ini guru dan siswa sebagai aset yang harus ditingkatkan
efisiensi dan produktivitasnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka lembaga
pendidikan harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan
memungkinkan sumber daya manusia untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang dimiliki
secara optimal.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan siswanya melalui kegiatan belajar mengajar.
Posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kualifikasi dan kompetensi, serta kemampuan profesional guru
dan mutu kinerjanya. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru,
siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor
tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang
sangat penting. Guru sebagi subyek pendidikan sangat menentukan
keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Berdasarkan
peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun 2007, tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial..
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi ke dalam kinerja guru. Dengan pengaturan manajemen
sumber daya manusia yang profesional, maka diharapkan guru dapat bekerja dengan
baik, yang pada akhirnya dapat berprestasi dengan baik pula. Oleh karena itu
tidaklah berlebihan apabila ada asumsi bahwa manusia adalah faktor yang dominan
dalam menentukan berhasil tidaknya tujuan dari suatu organisasi. Tanpa sumber
daya manusia, maka mustahil sebuah organisasi dapat dijalankan dengan baik.
Kaitannya dengan
kompetensi itu Spencer (1993), mengatakn bahwa kompetensi merupakan bagian
dalam dan selamanya ada pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksikan
tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan job tasks.
Ada 7 (tujuh) faktor kompetensi yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan
produktivitas kinerja, khususnya untuk guru. Ketujuh kompetensi tersebut adalah
disiplin, memimpin, berprestasi, komitmen pada organisasi, melayani, kerjasama
dan proaktif.
Salah satu upaya yang dapat ditempuh
oleh lembaga pendidikan atau sekolah untuk menciptakan kondisi tersebut adalah
dengan mengembangkan iklim organisasi yang kondusif dan kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif. Pentingnya
pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan,
karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu
menghasilkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
kebutuhan pembangunan.
Di tengah
keterbatasan sarana dan prasarana yang dialami oleh negara-negara berkembang
peranan guru sangat penting. Guru merupakan elemen kunci dan merupakan faktor utama
dalam proses pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, khususnya di sekolah. Semua
komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya
tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran, yaitu interaksi guru
dengan siswa tidak berkualitas. Menurut Utami (2003: 1) meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan
canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka
mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal.
Di dalam lembaga pendidikan dasar dan menengah,
guru selalu berada di posisi terdepan dan
sentral di dalam pelaksanaan kegiatan
belajar dan mengajar. Begitu pentingnya peran guru, hingga banyak ahli
pendidikan menyatakan bahwa di sekolah tidak akan ada perubahan atau
peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan guru. Sebagaimana hasil penelitian Supriadi (1999: 178) di 16 negara sedang
berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%,
sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah
36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran
memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan
sumbangan 8,60%.
Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi
oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru
menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Guru dituntut
memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan
semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan
guru dalam membina anak didik. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi
tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Berkaitan dengan hal di atas maka guru akan menjadi
bahan permasalahan dan terutama berkaitan
dengan kinerja guru tersebut. Kinerja guru akan
bermakna jika selalu menyadari akan kekurangan yang ada
pada dirinya, dan berupaya untuk meningkatkan
kinerjanya kearah yang lebih baik, sehingga kinerja guru
yang dilakukan sekarang akan lebih baik dari kinerja
guru kemarin. Untuk itu, kinerja guru harus selalu
ditingkatkan.
Pada
prinsipnya guru memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna
meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi tidak
selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari
berbagai faktor, baik yang muncul dalam pribadi maupun yang terdapat diluar
pribadi guru. Peningkatan
prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi atau kinerja baik. Guru yang mempunyai kinerja baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa,
yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kinerja guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Karena setiap adanya inovasi pendidikan,
khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia selalu bermuara pada diri guru.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru yang mempunyai kinerja
baik akan sangat berpengaruh terhadap tujuan dari pendidikan, dan sebaliknya
guru yang prestasi kerjanya jelek akan menghancurkan lembaga pendidikan itu
pada akhirnya. Dengan demikian kinerja guru
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Pencapaian Kinerja guru dipengaruhi oleh iklim
organisasi sekolah yang kondusif dan kepemimpinan kepala sekolah sebagai motor penggerak
Tanggung
jawab peningkatan kualitas pendidikan secara mikro telah bergeser dari
birokrasi pusat ke unit pengelola yang lebih dasar yaitu sekolah. Dengan kata
lain, didalam masyarakat yang komplek seperti sekarang dimana berbagai
perubahan yang telah membawa kepada perubahan tata nilai yang bervariasi dan
harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat, maka
diyakini akan disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat
dapat merespon perubahan keinginan masyarakat tersebut.
Dalam
kehidupan sehari-hari, tidak ada permasalahan dalam aspek kehidupan yang lebih
banyak memperoleh perhatian masyarakat dari pada masalah pendidikan, khususnya
yang diselenggarakan melalui sistem persekolahan. Sebagian permasalahan yang
timbul adalah mutu pendidikan yang dianggap kurang memuaskan dan keluaran yang
tidak tertampung dalam dunia kerja. Kinerja guru sering dipertanyakan oleh masyarakat ketika
terjadi ketidakpuasan pada hasil pendidikan, seperti hasil Ujian Nasional (UN) yang diraih oleh siswa tidak
mengalami peningkatan yang signifikan dan sumber
daya manusia lulusan sekolah kalah
kualitasnya dengan negara lain. Dalam mencari pemecahannya tidak jarang tudingan
ditujukan kepada guru, yang dinyatakan kurang memiliki dedikasi dalam kerjanya.
Kondisi ini
telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa hanya sekolah yang dikelola dengan
manajemen yang baik akan mampu merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat
dalam hal mutu pendidikan. Dengan penilaian kinerja yang tepat, maka
produktivitas kinerja pegawai dapat dinilai dan dihargai sesuai dengan kompetensinya Selama ini penilaian prestasi kinerja pegawai di Dinas
Pendidikan DKI Jakarta, menggunakan Daftar Penilaian Pelaksaan Pekerjaan (DP3)
yang didalamnya terdapat 8 (delapan) unsur, yaitu kejujuran, kesetiaan,
ketaatan, prestasi kerja, tanggung jawab, kerjasama, kepemimpinan dan prakarsa.
Namun DP3 tersebut tidak digunakan oleh instansi untuk menilai kinerja guru
berdasarkan kompetensinya serta belum dilaksanakan secara optimal terutama
dalam menilai kinerja guru, baik guru PNS maupun guru bukan PNS. Sistem
penilaian kinerja guru hanya ditentukan dari hasil kerjanya, belum ada kriteria
penilaian yang jelas.
Dari uraian latar belakang masalah tentang sumber
daya manusia, dan kualitas pendidikan di Indonesia, serta keterkaitannya dengan
kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan upaya peningkatan kinerja
guru. Maka penulis memberi judul penelitian ini “Analisis Pengaruh Iklim Organisasi dan
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Wilayah Kota Jakarta Barat”
Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini
dibatasi pada aspek-aspek iklim organisasi di sekolah dan efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Masalah ini penting untuk diketahui dan dikaji secara
mendalam, sehingga memungkinkan dapat ditemukan apakah kinerja guru dipengaruhi
oleh iklim organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah. Masalah tersebut timbul
dari suatu pernyataan, bahwa iklim
organisasi yang kondusif akan mendukung tujuan-tujuan sekolah,
sebaliknya yang tidak kondusif akan menghambat atau bertentangan dengan
tujuan-tujuan sekolah.
Sebagai unit analisis atau responden dalam penelitian ini
adalah guru-guru pegawai negeri sipil (PNS) maupun non pegawai negeri sipil
(Non-PNS) SMA Negeri di Wilayah Kota Jakarta Barat. Unit analisis dibatasi,
hanya kepada guru yang telah memiliki masa kerja
minimal lima tahun. Pembatasan minimal masa kerja lima tahun ditetapkan karena guru yang bekerja di bawah lima tahun biasanya belum
mampu memahami lingkungan dan karakter organisasi sekolah secara menyeluruh.
Aspek-aspek yang diduga dapat
mempengaruhi kinerja guru baik secara langsung maupun tidak langsung dibatasi pada
faktor iklim organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah.
Agar
penelitian ini memiliki arah yang jelas, maka perlu kiranya dirumuskan masalah sebagai langkah awal penelitian yang bertujuan untuk
merumuskan kondisi yang dihadapi secara sistematis baik berdasarkan pengamatan maupun informasi yang diperoleh
saat melakukan penelitian pendahuluan.
Selanjutnya, berdasarkan latar belakang masalah di atas,
diketahui bahwa pentingnya meneliti aspek-aspek iklim organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah,
baik secara parsial maupun simultan. Selain itu, masalah dalam
penelitian ini adalah belum adanya suatu penelitian yang menganalisis pengaruh iklim
organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja
guru SMA
Negeri di Wilayah Kota Jakarta Barat dalam satu kesatuan model penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini, yaitu:
(1)
Apakah terdapat pengaruh positif signifikan iklim organisasi terhadap kinerja guru.
(2)
Apakah terdapat pengaruh positif signifikan kepemimpinan
terhadap kinerja guru.
(3)
Apakah terdapat pengaruh bersama positif signifikan
iklim organisasi dan kepemimpinan
terhadap kinerja guru.
Tujuan penelitian merupakan jawaban terhadap permasalahan
yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Tujuan penelitian ini ditentukan
berdasarkan fenomena yang terlihat pada kehidupan nyata di SMA Negeri Wilayah Kota Jakarta barat.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan, sebagai
berikut:
(1)
Menjelaskan dan
menganalisis pengaruh kekuatan iklim organisasi terhadap kinerja guru.
(2)
Menjelaskan dan
menganalisis pengaruh kekuatan kepemimpinan terhadap kinerja guru.
(3)
Menjelaskan dan
menganalisis pengaruh iklim organisasi dan kepemimpinan secara bersama-sama
terhadap kinerja guru.
(4)
Mengetahui
diantara variabel iklim organisasi dan kepemimpinan, variabel mana yang paling
kuat mempengaruhi kinerja guru SMA Negeri di wilayah Kota Jakarta Barat.
Melalui
penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil yang berguna baik aspek
pengembangan ilmu maupun aspek praktis sejalan dengan tujuan penulisan, sebagai
berikut:
Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan di bidang sumber daya
manusia khususnya menyangkut iklim organisasi sekolah yang kuat dan
kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat meningkatkan kinerja guru.
(1)
Bagi Penulis
Dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di Univeristas Mercu Buana Program
Magister Manajemen dalam bidang Sumber Daya Manusia.
(2)
Bagi Sekolah
Dapat
mengambil manfaat dari penelitian ini dan menjadi bahan masukan agar dapat
menciptakan budaya organisasi yang kuat sehingga dapat meningkatkan kinerja
guru.
(3)
Bagi Pihak Lain
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan sebagai bahan referensi untuk membantu untuk
penelitian sejenis serta untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk lebih
memudahkan pembahasan karya akhir, penulisan ini di bagi dalam 6 (enam) bab,
setiap bab merupakan satu rangkaian yang saling berhubungan sehingga membentuk
sistematika sesuai dengan penulisan ilmiah. Pembagian bab serta perincian
dijelaskan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab satu diuraikan tentang latar belakang
masalah yaitu tentang pengungkapan permasalahan-permasalahan pendidikan di
Indonesia, mulai dari permasalahan sistem pendidikan secara umum sampai dengan permasalah
sumber daya manusia atau kinerja guru dan keterkaitannya dengan iklim
organisasi sekolah serta kepemimpinan kepala sekolah, serta bagaimana
langkah-langkah mengatasinya. Pada pembatasan masalah, yaitu membatasi
permasalahan umum menjadi lebih spesifik, sehingga penulis dapat merumuskan
masalah menjadi pengaruh iklim organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja
guru, tujuan penelitian, kegunaan penelitian meliputi aspek pengembangan ilmu
dan aspek praktis, dan ditutup dengan sistematika penulisan.
BAB II : DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA
BARAT
Dalam bab ini dibahas tentang ruang lingkup SMA Negeri
di Wilayah Kota Jakarta Barat, mulai dari standar pengelolaan meliputi visi,
misi, tujuan dan dan rencana kerja sekolah, kemudian dibahas pelaksanaan
rencana kerja, meliputi pedoman sekolah, struktur organisasi sekolah dan profil
lengkap dengan data guru, siswa dan nilai output dan input.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
Dalam bab ini peneliti tidak banyak menyampaikan pokok
pikiran dan gagasannya, tetapi lebih banyak menampilkan teori-teori dan kajian
para ahli tentang suatu konsep dasar penelitian ini. Dalam kajian pustaka,
pembahasannya antara lain tentang pengertian manajemen sumber daya manusia,
hakikat iklim organisasi; mulai dari pengertian, definisi sampai dengan
perbedaannya dengan budaya organisasi. Secara khusus teori diarahkan pada iklim
organisasi sekolah. Dilanjutkan dengan hakikat kepemimpinan, dan kepemimpinan
kepala sekolah, menjelaskan cirri-ciri pimpinan yang efektif, peranan, tugas
pokok, dan kompetensi kepala sekolah. Begitupun dengan hakikat kinerja dan
kinerja guru, yang menjelaskan tentang definisi, pengertian profesi guru, ruang
lingkup dan pengukuran kinerja guru.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Pembahasan dalam bab empat diawali dengan metode
penelitian yang digunakan, yaitu metode survai; variabel penelitian dan
operasionalisasinya, uraian tentang variabel penelitian ini merupakan dasar
bagi penulis untuk membuat instrumen penelitian; populasi dan sampel, serta
teknik pengambilan sampelnya adalah Propotional Cluster-Random Sampling; kemudian
metode pengumpulan data dengan angket
tertutup; instrumen penelitian, skala pengukuran yang digunakan; uji validitas
dan reliabilitas; rancangan uji hipotesis; deskripsi data; uji persyaratan
analisis, meliputi uji normalitas, uji linearitas, dan uji homogenitas;
kemudian uji hipotesis, mulai dari analisis regresi linear berganda; analisis
determinasi; dan terakhir rancangan uji signifikansi, uji signifikansi parsial,
dan uji signifikansi parsial.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian, yaitu
gambaran umum institusi pendidikan, deskripsi variabel atau objek penelitian,
hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian, dan hasil uji
hipotesis serta pembahasan penelitian.
BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini penulis mengambil kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan serta memberi saran-saran atau rekomendasi
berdasarkan temuan-temuan yang ada.
BAB II : Deskripsi SMA Negeri di Wilayah Kota Jakarta Barat
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
BAB V : HASIL DAN ANALISIS
BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar