PHYSICS

PHYSICS
WELCOME TO MY LIFE

22/03/12

Seri PTK Bab I


1.1.              Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1989, tetang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: "Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan".[1]
Menurut Soebagio Atmodiwirio  (2000:29), bahwa fungsi pendidikan nasioanl untuk memerangi segala kekurangan, keterbelakangan, kebodohan, dan memantapkan ketahanan nasional serta meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan berdasarkan kebudayaan bangsa dan Bhineka Tunggal Ika.[2] 
Pada bagian lain Soebagio (2000:35) berpendapat, bahwa sekolah adalah suatu lembaga atau organisasi yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.[3]
Sementara itu menurut St. Kartono dalam Shindunata (2000:191), sebuah penilaian dalam konteks pendidikan baru bersifat menyeluruh jika mencakup aspek proses dan hasil belajar, yang secara bertahap menggambarkan perubahan perilaku. Perilaku dalam hal ini menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ukuran hasil pendidikan yang bermakna adalah pengamatan yang terus menerus terhadap perubahan perilaku peserta didik.[4]
Menurut Roestiyah (1986:36), peserta didik tidak sekedar sebagai objek saja tetapi sebagai subjek yang belajar. Agar hasil belajar seoptimal mungkin, maka kegiatan belajar ini harus direncanakan. Dengan kata lain seorang pendidik harus merencanakan proses belajar. Pendidik harus dapat memilih bentuk interaksi belajar-mengajar yang tepat dan apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pemilihan interaksi tersebut. Sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi belajar-mengajar, adalah:  (1) interaksi bersifat edukatif, (2) dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik sebagai hasil belajar-mengajar, (3) peranan dan kedudukan pendidik yang tepat, (4) interaksi sebagai proses belajar mengajar, (4) sarana kegiatan proses belajar-mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.[5]
Apabila digunakan dasar klasifikasi pencapaian pendidikan menurut aspirasi Bloom, seperti yang dikutip Djohar (2000:118), bahwa  pusat perhatian hasil pendidikan diarahkan kepada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[6]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran  harus dilakukan secara menyeluruh, diawali dari persiapan, proses, dan penilaian. Sedangkan evaluasi pendidikan harus melihat tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan juga harus diawali dari caranya memperoleh pengalaman, karena dari pengalaman itu peserta didik dilatih untuk memiliki potensi dalam mengembangkan kreativitas.
Tugas seorang pendidik adalah mengajar. Pendidik harus membimbing peserta didik belajar, dengan menyediakan situasi kondisi yang tepat, agar potensi peserta didik dapat berkembang semaksimal mungkin. Hasil dari pengajaran bukan merupakan hasil mengajar, artinya bukan untuk kepentingan pendidik, tetapi untuk kepentingan peserta didik yang belajar atau hasil belajar. Pengukuran pengajaran ialah dari keberhasilan siswa.
Banyak faktor yang berperan dalam kualitas penguasaan suatu mata pelajaran oleh peserta didik. Faktor-faktor tersebut bukan  hanya faktor yang ada dalam setiap pribadi peserta didik, tetapi juga metode, strategi, kreativitas dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seorang pendidik dalam menerapkan kegiatan pembelajaran.
Mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang banyak kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan sains.  Oleh sebab itu mata pelajaran fisika harus didukung oleh fasilitas belajar dan media pembelajaran yang inovatif, serta pendidik yang kreatif, luas wawasan keilmuannya dan tentunya menguasai materi yang diajarkan.
Kelengkapan fasilitas belajar dan media pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan pencapaian penguasaan materi pelajaran  sampai pada domain psikomotorik (keterampilan).  Fasilitas  dan media pembelajaran tersebut harus digunakan dalam proses pembelajaran. Peserta  didik harus dilibatkan bersama dengan media pembelajaran untuk memahami sekaligus menguasai konsep-konsep fisika.
Proses pembelajaran fisika selama ini, masih dilaksanakan dengan metode klasikal. Dalam metode ini guru menjelaskan konsep-konsep fisika secara teoritis, kemudian memberikan catatan kepada para peserta didik  dan tugas-tugas dalam bentuk latihan mengerjakan soal, maupun pekerjaan rumah. Proses pembelajaran tersebut terbukti hanya mampu  mengantar peserta didik  pada taraf  penguasaan secara kognitif  mengenai  gejala fisika dan rumus-rumusnya. Dalam kondisi ini peserta didik  “dipaksa”  untuk menghafal rumus-rumus dan cara menggunakannya, tanpa ada pemahaman secara filosofis makna rumus-rumus dari konsep fisika yang sedang dipelajari, akibatnya peserta didik akan segera lupa rumus yang dipelajari sudah relatif lama.  
Keadaan ini menimbulkan kesan, bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga tidak disukai peserta didik. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran fisika telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Pendidik lebih banyak berbicara tentang nuansa matematikanya daripada pemahaman konsep fisika.
Proses pembelajaran fisika seperti diuraikan di atas tidak semuanya salah, tetapi apabila pendidik lebih kreatif, maka proses pembelajaran fisika disetiap materi pokok yang diajarkan  bisa dilengkapi dengan tambahan media pembelajaran dan alat peraga yang sederhana, murah, dan dapat dipraktekan langsung di kelas oleh peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan filosofi materi pembelajaran fisika dengan sempurna.
Peserta didik perlu berinteraksi secara langsung dengan objek-objek yang nyata, karena fisika bukan hanya teori-teori yang menjelaskan gejala-gejala fisis saja, tapi juga proses untuk mencari penjelasan mengenai gejala-gejala fisis tersebut. Dengan demikian, aktivitas ilmiah sis­wa dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada pertumbuhan aspek psikomotoriknya. Dengan cara demikian, peserta didik  tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan.
Selama ini peserta didik tidak diajak untuk belajar memahami konsep-konsep fisika dengan benar. Artinya, apa yang disajikan oleh pendidik di kelas bukan bagaimana peserta didik dapat menghafal rumus-rumus fisika dan dapat menjawab soal-soal, melainkan peserta didik diajak untuk memahami teori dan konsep fisika dengan benar, kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal fisika.
Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin hasil belajar fisika akan terus berada pada aras yang rendah. Para peserta didik akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih rumus yang tepat, menyusun struktur pembelajaran  yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menerapkan konsep fisika dalam kehidupan nyata.
Proses pembelajaran fisika diawali dengan memperkenalkan media pembelajaran yang digunakan dan alat peraga interaktif kemudian  menginformasikan  peserta didik pada setiap objek dan peristiwa fisika dan keterkaitannya secara keseluruhan. Konsep fisika harus digali dengan baik oleh peserta didik disetiap kesempatan pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar menguasai dan oleh karenanya konsep tersebut akan terus diingat bukan hanya dihafal.
Dalam konteks demikian, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Peserta didik  tidak hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi pemahaman yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Berdasarkan fakta tentang kesulitan pembelajaran fisika, maka perlu dicari media pembelajaran  yang aplikatif, menarik dan tidak membosankan sehingga hasil belajar fisika dapat meningkat.  Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan  media animasi multimedia dan alat peraga interaktif, yaitu sebuah media pembelajaran fisika yang inovatif melalui metode pendekatan keterampilan proses.
Dengan media pembelajaran ini peserta didik dengan sendirinya akan terlibat aktif setiap tahap demi tahap dalam proses pembelajaran, konsep-konsep fisika secara terencana dan terukur. Pada akhirnya peserta didik akan mampu memahami dan membentuk sikap dan keterampilan yang lebih baik tentang konsep fisika. Kondisi ini akan membawa peserta didik  menyukai dan meningkatkan menguasaan konsep pembelajaran fisika dengan lebih baik.
Berdasarkan pengamatan penulis di SMA Negeri 85 Jakarta terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA semester II, tahun pelajaran  2008-2009, pada materi pokok Momentum dan Impuls. Dari 120 peserta didik yang diamati, ternyata rata-rata nilai yang diperoleh masih berada di bawah standar ketuntasan minimum (SKM) yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan, bahwa proses pembelajaran fisika yang diterapkan secara klasikal belum membawa siswa pada taraf memahaminya dengan tuntas.
Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian fisika kelas XI. IPA semester II tahun pelajaran 2008/2009.
Tabel 1.  Daftar nilai ulangan harian kelas XI. IPA semester II. Materi pokok: Momentum dan Impuls. Tahun Pelajaran 2008/2009.
KELAS
NILAI RATA-RATA KELAS
XI. IPA.1
59,00
XI. IPA.2
64,43
XI. IPA.3
60,10
XI. IPA.4
55,63
Sumber : Buku nilai guru matapelajaran fisika SMA Negeri 85 Jakarta.

1.2.              Identifikasi Masalah
Rendahnya hasil belajar fisika peserta didik disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal, di antaranya motivasi belajar dan rendahnya pengetahuan dasar fisika. Pada umumnya peserta didik sudah menganggap pelajaran fisika itu sulit untuk dipelajari, karena selama ini dalam pembelajaran fisika, sebagian pendidik lebih menekankan kepada aspek matematisnya daripada aspek fisikanya. Akibatnya, peserta didik  tidak menguasai konsep-konsep dasar fisika dengan benar.
Dari faktor eksternal, antara lain pendekatan pembelajaran, metode, media, strategi atau sumber belajar dan alat peraga pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keberhasilan peserta didik. Pada umumnya, pendidik  cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan klasikal, miskin inovasi dan kreatifitas, serta tidak didukung dengan media pembelajaran dan alat peraga alat yang memadai sehingga kegiatan pembelajaran fisika berlangsung monoton dan membosankan.
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan penelitian, sebagai berikut:
(1)         Masih randahnya motivasi belajar peserta didik.
(2)         Masih rendahnya pengetahuan dasar fisika peserta didik.
(3)         Adanya anggapan awal peserta didik tentang fisika itu sulit.
(4)         Terdapat kesalahan konsep sistem pembelajaran fisika.
(5)         Masih terdapat pendidik dalam pembelajaran fisika lebih menekankan konsep matematika.
(6)         Adanya ketidak sesuaian antara pendekatan pembelajaran (metode, media, strategi atau sumber belajar dan alat peraga pembelajaran) yang digunakan dengan materi pembelajaran.
(7)         Adanya pendidik yang  cenderung menggunakan pendekatan  konvensional dan klasikal, miskin inovasi dan kreatifitas.
(8)         Masih kurangnya penggunaan media pembelajaran dan alat peraga interaktif.

1.3.              Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar fisika dan banyak metode dan strategi yang dapat digunakan  untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun pada prinsipnya, tidak satupun metode  dan strategi pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua materi pokok dalam pelajaran fisika. Karena setiap metode dan strategi pembelajaran pasti memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang khas.
Metode dan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan materi pokok  yang diajarkan. Karena sebagaimana diketahui bahwa dalam pelajaran fisika, terdapat perbedaan yang khas antara materi pokok  yang satu dengan materi pokok yang lainnya.
Untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan metode dan strategi pembelajaran, perlu kiranya guru memadukan metode dan strategi pembelajaran yang didukung dengan media pembelajaran yang inovatif dan alat peraga pendidikan yang interaktif.
Dari uraian masalah diatas, penulis  membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan media pembelajaran dan penggunaan alat peraga interaktif dan pengaruhnya terhadap hasil belajar fisika.

1.4.              Rumusan Masalah
Penelitian ini diarahkan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar fisika, baik media, model dan strategi pembelajaran maupun kreativitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran fisika.   Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan, sebagai berikut: “Apakah hasil belajar fisika dapat ditingkatkan dengan program animasi multimedia dan penggunaan alat peraga interaktif”

1.5.              Cara Pemecahan Masalah
Aspek pemahaman konsep fisika menjadi penting untuk di­tingkatkan dalam pembelajaran Fisika,  karena peserta didik  tidak hanya belajar rumus-rumus atau menghapal fakta saja tetapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana pendidik memberikan pengalaman lang­sung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu menjelajahi dan memahami gejala-gejala alam secara ilmiah.
Pembelajaran Fisika juga dia­rahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”, sehing­ga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih mendalam, baik yang di­peroleh di sekolah, di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Peserta didik  dilatih untuk menemukan dan me­ngembangkan pengetahuan dengan mempraktikkan­nya sendiri melalui objek-objek konkret, sehingga pikiran (kognitif) peserta didik yang dilandasi dengan gera­kan dan perbuatan (psikomotorik) berkembang baik.
Berdasarkan pengamatan pada saat proses pembelajaran fisika, siswa kelas XI. IPA SMA Negeri 85 Jakarta secara umum cukup aktif dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh pendidik. Namun demikian, pertumbuhan aspek kognitif dan psikomotorik siswa untuk memperoleh pengetahuan baru belum berkembang secara optimal. Padahal, kurikulum berbasis kompetensi yang diguna­kan di sekolah menuntut adanya aktivitas ilmiah peserta didik, sehingga pembelajaran fisika yang menekankan pada pemahaman konsep fisika secara menyeluruh dan keterampilan psikomotorik mutlak diberikan pada peserta didik  agar tidak menimbulkan kesenjangan an­tara pemahaman konsep teoritis dengan gejala nyata yang terkait dengan konsep tersebut.
Agar pertumbuhan aspek kognitif dan psikomotorik peserta didik tercapai secara optimal, perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang didukung oleh media pembelajaran serta menekankan pada pemahaman dan aktivi­tas ilmiah peserta didik  untuk menguasai konsep-konsep fisika. Dalam penelitian ini diterapkan strategi  pem­belajaran  fisika berbasis animasi multimedia dan penggunaan alat peraga interaktif yang mengacu pada filosofis konstruktivisme bahwa da­lam proses pembelajaran peserta didik dapat mengkonstruk­si pengetahuannya sendiri dan bermakna melalui pe­ngalaman yang nyata.
Dalam penerapan pembelajaran fisika berbasis animasi mutimedia dan penggunaan alat peraga inovatif, peserta didik dibiasakan untuk me­nyelesaikan permasalahan, menemukan sesuatu yang menarik dan berguna bagi dirinya, menerapkan pe­ngetahuan yang diperoleh dalam kehidupan nyata, dan mempertentangkan ide-ide baru. Peserta didik  mencari tahu apa yang telah mereka pelajari, dan menyesu­aikan konsep-konsep baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Hampir selu­ruh waktu pembelajaran akan terpusat pada peserta didik (student’s centered), sehingga siswa aktif dalam me­lakukan proses belajar, seperti terlihat pada gambar 1.




 








Gambar: 1
Diagram strategil pembelajaran fisika
berbasis animasi multimedia dan alat peraga

Langkah-langkah pembelajaran Fisika berbasis animasi multimedia dan alat peraga interaktif diuraikan dalam beberapa tahap, yaitu:

1.5.1.              Tahap Observasi
(a)                        Di awal pembelajaran diadakan tanya jawab dan diskusi untuk mengetahui konsep awal peserta didik terha­dap gejala fisis yang akan didemonstrasikan dengan menggunakan satu set alat peraga interaktif.
(b)                       Pendidik  membimbing peserta didik untuk mendiskusikan gejala fisis yang didemonstrasikan.
(c)                        Peserta didik  secara aktif melakukan pengamatan, mencatat hal-hal yang perlu, kemudian men­jawab pertanyaan dari pendidik yang bertindak sebagai fasilitator.


1.5.2.              Tahap Pengajuan Masalah
(a)                Peserta didik  sebanyak 40 orang  dibagi menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 (lima) orang.
(b)                 Peserta didik berfikir tentang gejala fisis yang didemonstrasikan lalu merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang terkait deng­an hasil demonstrasi tersebut.
(c)                 Peserta didik  juga membuat jawaban sementara dari permasalahan yang mereka rumuskan sebagai hipotesis awal.

1.5.3.              Tahap Pemecahan Masalah
(a)                Peserta didik  berdiskusi dalam kelompoknya deng­an merencanakan percobaan, serta alat dan bahan yang digunakan untuk menjawab per­masalahan yang dirumuskan dalam lembar kerja kelompok dan membuktikan hipotesis awal mereka terhadap permasalahan terse- but.
(b)                Peserta didik memfasilitasi dengan alat peraga yang diperlukan untuk percobaan, ber­diskusi dengan tiap kelompok secara bergili­ran, serta menuntun pserta didik menuju konsep-­konsep yang benar.
(c)                 Pendidik memilih dua atau tiga kelompok secara acak untuk  melakukan presentasi hasil percobaannya di depan kelas. Kelompok yang lain menga­jukan pertanyaan, saran, sanggahan, atau pendapatnya.

1.5.4.              Tahap Pemantapan Konsep
(a)            Pendidik menggunakan seperangkat alat multimedia yang teridiri dari laptop yang terinstal dengan media pembelajaran animasi dan LCD atau infocus..
(b)            Pendidik menjelaskan materi pelajaran fisika dengan media  animasi multimedia dan alat peraga interaktif.
(c)            Pendidik mendemonstrasikan gejala fisis yang sama, tapi menggunakan suatu set percoba­an yang berbeda, lalu peserta didik  diberi kesempa­tan untuk menerapkan konsep yang dipelaja­ri pada situasi baru.
(d)            Pendidik menanyakan kembali konsep-konsep yang penting kepada peserta didik untuk mengarah­kan mereka mengambil kesimpulan sendiri melalui diskusi kelas.

Tahap-tahap tersebut di atas akan diterapkan untuk mengatasi masalah pembelajaran fisika.
Berdasarkan kompetensi dasar, indikator, dan pengalaman belajar dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan kegiatan belajar mencakup fase-fase: kegiatan awal (engagement) termasuk didalamnya observasi dan pengajuan masalah, pengenalan konsep, pemecahan masalah, pemantapan konsep dan evaluasi. Setelah RPP selesai, akan dilakukan pemodelan oleh pendidik. Untuk memantapkan implementasi media pembelajaran animasi multimedia maka strategi pembelajarannya adalah menyusun materi bahan ajar yang berorientasi konstruktivistik sehingga memberi lingkungan belajar yang sesuai dengan model yang diterapkan. Kualitas kegiatan pembelajaran  akan diamati dari keaktifan peserta didik dan  hasil belajar diamati dari hasil tes peserta didik setelah satu siklus pembelajaran selesai diajarkan.
Sebagai ilmu yang berhubungan dengan proses dan produk, maka untuk  memahami fisika tidak hanya mendengarkan lewat ceramah, tetapi harus disertai dengan demonstrasi dan eksperimen atau proses yang bersifat eksplorasi hingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang ada.
Penelitian ini diterapkan pada peserta didik SMA Negeri 85 Jakarta, kelas XI. IPA semester II tahun pelajaran 2008/2009. Materi yang akan dibahas selama penelitian ini dibatasi pada materi pokok “Keseimbangan Benda Tegar dan Gerak Rotasi”.



1.6.              Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
Mengetahui  bagaimana peran  media  animasi multimedia dan alat peraga interaktif dalam meningkatkan hasil belajar fisika pada peserta didik SMA Negeri 85 Jakarta.

1.7.              Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ditujukan kepada tiga pihak, yaitu peserta didik, pendidik, dan pihak sekolah dalam hal ini SMA Negeri 85 Jakarta.
(1)                     Peserta didik; Pembelajaran dengan media animasi multimedia dapat menjadi bahan rujukan bagi peserta didik karena dapat diaplikasikan dengan berbagai aktivitas pembelajaran, seperti teks, meneliti gambar, video dan visualisasi. Secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi peserta didik yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
(2)                     Peneliti;  Penelitian ini dapat membantu memudahkan proses pembelajaran di dalam kelas dan juga dapat mengurangi beban peneliti. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan media animasi ini dapat menjadi sumber rujukan dan motivasi kepada peneliti untuk membuat inovasi agar proses pembelajaran lebih di pahami dan di ikuti oleh peserta didik.
(3)                     Pihak Sekolah;  Penelitian ini dapat di jadikan masukan untuk  mengoptimalkan penggunaan media animasi dalam kegiatan pembelajaran dan memberi sumbangan pemikiran dalam mencari alternatif metode atau strategi pembelajaran fisika, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.


[1] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. 1991. Undang-Undang RI  No. 2 tahun 1989.
[2] Soebagio Atmodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya. h. 29.              
[3] Ibid., h. 35.
[4] Sindhunata (ed). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta: Kanisius. h.191.
[5] Roestiyah. 1986. Masalah Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara. h.  36
[6] Djohar. 2000. Praksis Pendidikan Berwawasan Ekologi. Yogyakarta: Kanisius. h.118.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes