PHYSICS

PHYSICS
WELCOME TO MY LIFE

20/03/12

Penelitian Fisika


Meningkatkan Motivasi Belajar dengan Media  
Animasi Multimedia dan Alat Peraga interaktif
(SUNARYO, S.Pd, MM) 
 
Kurikulum tahun 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberi wewenang lebih  luas  kepada  sekolah  untuk  merancang dan melaksanakan pendidikan berbasis kompetensi menuju kemandirian. Sekolah adalah suatu lembaga atau organisasi yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar terdapat tiga unsur penting yang menentukan kualitas  pendidikan  yaitu  kurikulum,  tenaga  pendidik atau guru dan  peserta didik atau siswa. 
Agar hasil belajar seoptimal mungkin, maka kegiatan belajar ini harus direncanakan. Dengan kata lain seorang pendidik harus merencanakan proses belajar. Pendidik harus dapat memilih bentuk interaksi belajar-mengajar yang tepat dan apa saja yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pemilihan interaksi tersebut. Sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi belajar-mengajar, adalah:  (1) interaksi bersifat edukatif, (2) dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada peserta didik sebagai hasil belajar-mengajar, (3) peranan dan kedudukan pendidik yang tepat, (4) interaksi sebagai proses belajar mengajar, (4) sarana kegiatan proses belajar-mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.[1] (Roestiyah, 1986: 36),
Apabila digunakan dasar klasifikasi pencapaian pendidikan menurut aspirasi Bloom, seperti yang dikutip Djohar (2000:118), bahwa  pusat perhatian hasil pendidikan diarahkan kepada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[2]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran  harus dilakukan secara menyeluruh, diawali dari persiapan, proses, dan penilaian. Sedangkan evaluasi pendidikan harus melihat tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan juga harus diawali dari caranya memperoleh pengalaman, karena dari pengalaman itu peserta didik dilatih untuk memiliki potensi dalam mengembangkan kreativitas.
Banyak faktor yang berperan dalam kualitas penguasaan suatu mata pelajaran oleh siswa. Faktor-faktor tersebut bukan  hanya faktor yang ada dalam setiap pribadi siswa, tetapi juga metode, strategi, kreativitas dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seorang guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran.
Mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang banyak kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan sains.  Oleh sebab itu mata pelajaran fisika harus didukung oleh fasilitas belajar dan media pembelajaran yang inovatif, serta pendidik yang kreatif, luas wawasan keilmuannya dan tentunya menguasai materi yang diajarkan.
Kelengkapan fasilitas belajar dan media pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan pencapaian penguasaan materi pelajaran  sampai pada domain psikomotorik (keterampilan).  Fasilitas  dan media pembelajaran tersebut harus digunakan dalam proses pembelajaran. Peserta  didik harus dilibatkan bersama dengan media pembelajaran untuk memahami sekaligus menguasai konsep-konsep fisika.
Proses pembelajaran fisika selama ini, masih dilaksanakan dengan metode klasikal. Dalam metode ini guru menjelaskan konsep-konsep fisika secara teoritis,  kemudian memberikan catatan kepada para siswa  dan tugas-tugas dalam bentuk latihan mengerjakan soal, maupun pekerjaan rumah. Proses pembelajaran tersebut terbukti hanya mampu  mengantar peserta didik  pada taraf  penguasaan secara kognitif  mengenai  gejala fisika dan rumus-rumusnya. Dalam kondisi ini siswa  “dipaksa”  untuk menghafal rumus-rumus dan cara menggunakannya.
Keadaan ini menimbulkan kesan, bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga tidak disukai siswa. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran fisika telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang nuansa matematikanya daripada pemahaman konsep fisika.
Proses pembelajaran fisika seperti diuraikan di atas tidak semuanya salah, tetapi apabila guru lebih kreatif, maka proses pembelajaran fisika disetiap materi pokok yang diajarkan bisa dilengkapi dengan tambahan media pembelajaran dan alat peraga yang sederhana, murah, dan dapat dipraktekan langsung di kelas oleh peserta didik. Sehingga peserta didik mendapatkan filosofi materi pembelajaran fisika dengan sempurna.
Peserta didik perlu berinteraksi secara langsung dengan objek-objek yang nyata, karena fisika bukan hanya teori-teori yang menjelaskan gejala-gejala fisis saja, tapi juga proses untuk mencari penjelasan mengenai gejala-gejala fisis tersebut. Dengan demikian, aktivitas ilmiah sis­wa dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada pertumbuhan aspek psikomotoriknya. Dengan cara demikian, peserta didik  tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan.
Selama ini peserta didik tidak diajak untuk belajar memahami konsep-konsep fisika dengan benar. Artinya, apa yang disajikan oleh pendidik di kelas bukan bagaimana peserta didik dapat menghafal rumus-rumus fisika dan dapat menjawab soal-soal, melainkan peserta didik diajak untuk memahami teori dan konsep fisika dengan benar, kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal fisika.
Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin hasil belajar fisika akan terus berada pada aras yang rendah. Para peserta didik akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih rumus yang tepat, menyusun struktur pembelajaran  yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menerapkan konsep fisika dalam kehidupan nyata.
Proses pembelajaran fisika diawali dengan memperkenalkan media pembelajaran yang digunakan dan alat peraga interaktif kemudian  menginformasikan  peserta didik pada setiap objek dan peristiwa fisika dan keterkaitannya secara keseluruhan. Konsep fisika harus digali dengan baik oleh peserta didik disetiap kesempatan pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar menguasai dan oleh karenanya konsep tersebut akan terus diingat bukan hanya dihafal.
Dalam konteks demikian, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Peserta didik  tidak hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi pemahaman yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Berdasarkan fakta tentang kesulitan pembelajaran fisika, maka perlu dicari media pembelajaran  yang aplikatif, menarik dan tidak membosankan sehingga hasil belajar fisika dapat meningkat.  Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan  media animasi multimedia dan alat peraga interaktif, yaitu sebuah media pembelajaran fisika yang inovatif melalui metode pendekatan keterampilan proses.
Dengan media pembelajaran ini peserta didik dengan sendirinya akan terlibat aktif setiap tahap demi tahap dalam proses pembelajaran, konsep-konsep fisika secara terencana dan terukur. Pada akhirnya peserta didik akan mampu memahami dan membentuk sikap dan keterampilan yang lebih baik tentang konsep fisika. Kondisi ini akan membawa peserta didik  menyukai dan meningkatkan menguasaan konsep pembelajaran fisika dengan lebih baik.


[1] Roestiyah. 1986. Masalah Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara. h.  36
[2] Djohar. 2000. Praksis Pendidikan Berwawasan Ekologi. Yogyakarta: Kanisius. h.118.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes