Meningkatkan
Motivasi Belajar dengan Media
Animasi
Multimedia dan Alat Peraga interaktif
(SUNARYO, S.Pd, MM)
Kurikulum tahun 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) memberi wewenang lebih luas
kepada
sekolah
untuk
merancang dan melaksanakan pendidikan berbasis kompetensi menuju kemandirian. Sekolah
adalah suatu lembaga atau organisasi yang diberi wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar terdapat tiga unsur penting
yang menentukan kualitas pendidikan yaitu kurikulum, tenaga pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa.
Agar hasil belajar seoptimal mungkin, maka
kegiatan belajar ini harus direncanakan. Dengan kata lain seorang pendidik
harus merencanakan proses belajar. Pendidik harus dapat memilih bentuk
interaksi belajar-mengajar yang tepat dan apa saja yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan pemilihan interaksi tersebut. Sebagai dasar-dasar terjadinya
interaksi belajar-mengajar, adalah: (1)
interaksi bersifat edukatif, (2) dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku
pada peserta didik sebagai hasil belajar-mengajar, (3) peranan dan kedudukan
pendidik yang tepat, (4) interaksi sebagai proses belajar mengajar, (4) sarana
kegiatan proses belajar-mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya
interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.[1] (Roestiyah, 1986: 36),
Apabila digunakan dasar klasifikasi
pencapaian pendidikan menurut aspirasi Bloom, seperti yang dikutip Djohar
(2000:118), bahwa pusat perhatian hasil
pendidikan diarahkan kepada pencapaian ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.[2]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran
harus dilakukan secara menyeluruh, diawali dari persiapan, proses, dan
penilaian. Sedangkan evaluasi pendidikan harus melihat tiga aspek, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendidikan juga harus diawali dari caranya
memperoleh pengalaman, karena dari pengalaman itu peserta didik dilatih untuk
memiliki potensi dalam mengembangkan kreativitas.
Banyak faktor
yang berperan dalam kualitas penguasaan suatu mata pelajaran oleh siswa. Faktor-faktor
tersebut bukan hanya faktor yang ada
dalam setiap pribadi siswa, tetapi juga
metode, strategi, kreativitas
dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seorang guru dalam
menerapkan kegiatan pembelajaran.
Mata
pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang banyak kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan sains. Oleh sebab itu mata pelajaran fisika harus
didukung oleh fasilitas belajar dan media pembelajaran yang inovatif, serta
pendidik yang kreatif, luas wawasan keilmuannya dan tentunya menguasai materi
yang diajarkan.
Kelengkapan
fasilitas belajar dan media
pembelajaran diharapkan dapat
mewujudkan pencapaian penguasaan materi pelajaran sampai pada domain psikomotorik (keterampilan). Fasilitas dan media pembelajaran tersebut harus digunakan dalam proses pembelajaran. Peserta didik harus dilibatkan bersama dengan media pembelajaran
untuk memahami sekaligus menguasai konsep-konsep fisika.
Proses
pembelajaran fisika selama ini, masih dilaksanakan dengan metode klasikal.
Dalam metode ini guru menjelaskan konsep-konsep fisika secara teoritis, kemudian memberikan catatan kepada para siswa dan tugas-tugas dalam bentuk latihan mengerjakan soal, maupun
pekerjaan rumah. Proses pembelajaran
tersebut terbukti hanya mampu
mengantar peserta
didik pada taraf penguasaan secara kognitif mengenai gejala
fisika dan rumus-rumusnya. Dalam kondisi ini siswa “dipaksa”
untuk menghafal
rumus-rumus dan cara
menggunakannya.
Keadaan ini
menimbulkan kesan, bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga
tidak disukai siswa. Dalam beberapa
penelitian ditemukan bahwa pengajaran fisika telah menyimpang
jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang nuansa
matematikanya daripada pemahaman konsep fisika.
Proses pembelajaran fisika seperti
diuraikan di atas tidak semuanya salah, tetapi apabila guru lebih kreatif, maka
proses pembelajaran fisika disetiap materi pokok yang diajarkan bisa dilengkapi
dengan tambahan media pembelajaran dan alat peraga yang sederhana, murah, dan
dapat dipraktekan langsung di kelas oleh peserta didik. Sehingga peserta didik
mendapatkan filosofi materi pembelajaran fisika dengan sempurna.
Peserta
didik perlu berinteraksi secara langsung dengan objek-objek yang
nyata, karena fisika bukan hanya teori-teori yang menjelaskan
gejala-gejala fisis saja, tapi juga proses untuk mencari penjelasan
mengenai gejala-gejala fisis tersebut. Dengan demikian,
aktivitas ilmiah siswa dalam proses pembelajaran akan
berpengaruh pada pertumbuhan aspek psikomotoriknya. Dengan
cara demikian, peserta didik
tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang kaku, monoton, dan membosankan.
Selama
ini peserta didik tidak diajak untuk belajar memahami
konsep-konsep fisika dengan benar. Artinya, apa yang disajikan
oleh pendidik di kelas bukan bagaimana peserta didik dapat menghafal
rumus-rumus fisika dan dapat menjawab soal-soal, melainkan peserta
didik diajak untuk memahami teori dan konsep fisika dengan benar, kemudian
dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal fisika.
Jika
kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, maka bukan tidak mungkin
hasil belajar fisika akan terus berada pada aras yang rendah. Para
peserta didik akan terus-menerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan
pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih rumus yang
tepat, menyusun struktur pembelajaran
yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal,
dan menerapkan konsep fisika dalam kehidupan nyata.
Proses pembelajaran fisika diawali
dengan memperkenalkan media
pembelajaran yang digunakan dan alat peraga interaktif kemudian menginformasikan peserta didik pada setiap objek
dan peristiwa fisika dan keterkaitannya secara
keseluruhan. Konsep fisika
harus digali dengan baik oleh peserta
didik disetiap kesempatan pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar menguasai dan oleh karenanya
konsep tersebut akan terus diingat bukan hanya dihafal.
Dalam
konteks demikian, diperlukan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif,
dan menyenangkan. Peserta didik tidak
hanya diajak untuk belajar tentang fisika secara rasional dan kognitif,
tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam
konteks dan situasi pemahaman yang sesungguhnya dalam suasana yang
dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan.
Berdasarkan
fakta tentang kesulitan pembelajaran fisika, maka perlu dicari media pembelajaran yang aplikatif, menarik dan tidak membosankan
sehingga hasil belajar fisika dapat meningkat.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan media animasi multimedia
dan alat peraga interaktif, yaitu sebuah media pembelajaran fisika yang inovatif melalui metode pendekatan
keterampilan proses.
Dengan media
pembelajaran ini peserta
didik dengan sendirinya akan terlibat
aktif setiap tahap demi tahap
dalam proses pembelajaran,
konsep-konsep fisika secara
terencana dan terukur. Pada akhirnya peserta didik akan mampu memahami dan membentuk sikap dan keterampilan yang lebih
baik tentang konsep fisika. Kondisi ini akan membawa peserta didik menyukai dan meningkatkan menguasaan konsep pembelajaran fisika dengan lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar